Anda pasti tahu dan mungkin masih memakai pensil kayu, meskipun ada juga pensil dari bahan plastik
dan sebagainya. Nah, dalam tulisan ini, saya mencoba menuliskan sebuah filosofi hidup, belajar dari
pensil kayu. Ada tiga hal menarik tentang pensil kayu.
Pertama, jika pensil kayu itu hanya dibiarkan begitu saja tanpa dituntun dan digerakkan oleh sebuah
tangan, tentu saja tidak ada gunanya. Kedua, pensil kayu akan selalu ditajamkan dari waktu-waktu,
tentu saja ini menyakitkan, namun ini diperlukan agar pensil dapat menghasilkan kualitas terbaik.
Ketiga, bagian yang paling penting dari pensil kayu itu adalah di dalamnya, yaitu isi pensil kayu itu.
Selanjutnya, filosofi hidup apa yang dapat kita pelajari dari pensil kayu?
Pertama, hidup kita perlu tuntunan dan bimbingan orang lain. Kita akan menjadi manusia egois jika
mengandalkan kekuatan sendiri. Seperti seorang balita yang baru belajar bicara dan berjalan, maka
tuntunan dan kesabaran dari ibunya sangat berarti. Di dalam hidup ini, siapakah yang mampu hidup
sendiri dan mengatasi segala sesuatu tanpa bantuan dan campur tangan orang lain? Saya rasa tidak ada!
Hidup kita digerakkan untuk sebuah tujuan, dan untuk mencapai tujuan itu, kita memerlukan andil
Tuhan dan orang lain. Jika tujuan kita ingin sukses, maka kita harus membiarkan diri kita digerakkan oleh
motivasi dari diri sendiri dan orang lain. Kata-kata yang memberi semangat dan mensugesti diri kita,
bahwa saya bisa. Jika kita ingin bahagia, maka hidup kita harus digerakkan oleh kekuatan cinta dari
orang-orang di sekitar kita. Jika kita ingin sebuah kedamaian, maka hidup kita harus digerakkan oleh doa
dan kepasrahan menuju pusat kedamaian itu, yaitu Tuhan. Kita akan bermanfaat bagi hidup orang lain,
jika ada yang menggerakkan kita, yaitu Tuhan dan orang-orang di sekitar kita.
Kedua, kualitas hidup bukan diukur dari berapa banyak masalah yang kita dapat, tetapi berapa banyak
kita dapat keluar dari masalah-masalah itu dengan sebuah senyuman dan ucapan syukur. Hidup kita
memang sama seperti pensil yang diraut dan ditajamkan. Sakit memang, tapi itulah proses yang Tuhan
bentuk. Bagi manusia, mungkin masalah adalah beban hidup, tetapi bagi Tuhan, masalah adalah sebuah
cobaan untuk menuju hidup yang lebih berkualitas. Kita minta agar lebih rendah hati, lebih bijaksana,
lebih sabar, sukses dan sebagainya, maka apa yang kita minta itu terselip lewat setiap masalah yang kita
hadapi. Kesabaran, kerendahan hati dan kebijaksanaan tidak datang dalam bentuk coklat, setelah anda
makan, lalu tiba-tiba anda berubah. Semua hal itu adalah proses dalam hidup yang dibentuk dari
kematangan dan kedewasaan kita dalam menghadapi sebuah masalah. Setiap manusia dirancang untuk
menjadi manusia sukses, bukan manusia gagal. Tidak ada manusia bodoh di dunia ini, yang ada hanyalah
manusia malas.
Ketiga, kualitas hidup yang terpancar di luar itu karena di dalamnya juga bagus, yaitu isi hati kita.
Mungkin otak boleh berpikir, tangan boleh menggerakkan dan kaki boleh melangkah, tetapi dari hatilah
segala sesuatu diputuskan. Kenapa kita merasa sakit hati ? Menangis karena sedih? Tertawa karena
gembira? Itu karena kekuatan di dalam hati kita. Salah seorang sahabat saya yang menjadi dokter
pernah berkata, segala obat dapat menyembuhkan, tetapi apa gunanya jika hati belum disembuhkan?
Artinya, percuma minum obat tetapi masih menyimpan dendam, tidak mau mengampuni dan
penolakkan untuk orang-orang yang mencintai kita? Di dalam hati, kita memerlukan dua pintu yang
selalu terbuka, yaitu memberi dan menerima. Jika hanya satu pintu saja yang terbuka, kita akan menjadi
manusia egois. Orang yang mempunyai kualitas hidup yang baik , juga memerlukan dua pintu di dalam
hatinya, yaitu sabar dan mengasihi. Sabar menghadapai segala sesuatu dan memakai bahasa kasih
dalam menghadapi segala sesuatu juga.
Home » Unlabelled » Belajar Dari Sebuah Pensil Kayu
Thursday, October 29, 2015
Belajar Dari Sebuah Pensil Kayu
lainnya dari
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment